Manusia Makhluk Ber-Atribut
Manusia adalah pelakon panggung kehidupan dengan segala atribut yang melekat dalam dirinya. Karena itu,
ia menjadi makhluk yang sangat menarik untuk direfleksikan. Heraklitus melihat segala sesuatu termasuk manusia sebagai yang dinamis, bukan statis. Tokoh perintis yang menobatkan manusia dengan martabat nilainya adalah Aristoteles: Manusia adalah makhluk yang berakal budi. Konsepsi ini dikembangkan terus sampai pada zaman Marx yang menobatkan manusia sebagai makhluk yang beraksi atau berpraksis. J. Huizinga melihat manusia sebagai makhluk bermain, makhluk berdoa dan makhluk bekerja.
Para filsuf eksistensial mengatakan manusia adalah makhluk sosial. Esse est co-esse, ada selalu berarti ada bersama ada yang lain. Sedangkan, pada segala zaman dan di setiap tempat, agama merupakan masalah yang rumit dan sangat aktual untuk dibicarakan. Di satu pihak, agama dijunjung tinggi sebagai pedoman menuju keselamatan manusia. Atau, sebagai jaminan yang memberi rasa aman bagi para pemeluknya. Dan segala perbedaan membuat manusia rentan terhadap konflik sehingga manusia dikatakan sebagai makhluk yang berkonflik. Segala atribut ini adalah bagian dari dan menjadi milik manusia, lalu? ...
Pemberkatan
Kantor Yayasan JECIMA
dan
Kegiatan Tahun Hidup Bakti (THB) Kongregasi FCJM
Kongregasi suster FCJM propinsi Indonesia dipenuhi dengan sukacita dan kegembiraan atas peresmian dan pemberkatan kantor Yayasan JECIMA, pada 28 Januari 2016. Kantor Yayasan JECIMA terletak di depan gerbang pintu masuk Propinsialat FCJM”Monteluco”, Jl.Viyata Yudha–Pematangsiantar.
Acara ini di hadiri oleh DPP FCJM Propinsi Indonesia,Tri Organ Yayasan JECIMA, umat Stasi St. Maria SKI serta para Suster yang berkomunitas FCJM Se-Pematangsiantar. Acara dimulai dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pastor Paroki St.Yoseph Jl.Bali, yakni RD. Anggiat Sihotang. Dalam homilinya beliau menegaskan pentingnya pembangunan gedung Yayasan tersebut sebagai sarana pelayanan orang-orang sakit dan lemah. Sembari mengingat pelayanan FCJM yang sungguh membawa dampak positif di Parlilitan. Ketika itu ada salah seorang umat yang cacat dan tidak mendapat perawatan karena keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan, maka Suuster-suster FCJM langsung membawanya ke Rehabilitasi Harapan Jaya-Pematangsiantar untuk mendapat pengobatan.