Berjiwa “Merdeka” Menghidupi Panggilan

Unknown | 01.13 |

Panggilan adalah suatu misteri. Panggilan berarti mengabdikan diri sepenuhnya untuk melayani Tuhan dan umat-Nya. Upahnya tidak seberapa, tetapi ganjarannya sungguh luar biasa. Panggilan seseorang dapat tumbuh dan berkembang, bila seseorang hidup bersama orang-orang yang mempunyai visi dan misi yang sama. Oleh karena itu setiap orang harus Berjiwa Merdeka (Berjiwa Bebas) dalam menjalani dan mengarungi panggilan Tuhan sehingga mengalami sukacita injil. Berjiwa Merdeka menghidupi panggilan merupakan tema yang harus dihidupi oleh Lembaga Hidup Bakti karena tahun ini Paus Fransiskus telah mengumumkan bahwa tahun 2015 akan didedikasikan sebagai Tahun Hidup Bakti (Year of Consecrated Life). Untuk mengisi Tahun Hidup Bakti tersebut, Kongregasi FCJM memberikan kesempatan bagi setiap suster untuk semakin mendalami kesetiaan pilihan hidupnya kepada Allah dengan cara mengadakan weekend.

Maka pada tanggal 19-21 Februari 2015, telah diadakan Weekend/pertemuan  untuk para BALITA KAKEL suster-suster FCJM dengan nara sumber P. Gonzales Nadeak OFMCap. Pertanyaan pertama yang mengugah dan menyentuh adalah Apakah para suster FCJM sudah Berjiwa Merdeka dalam menghidupi Pilihan? Apakah panggilan menjadi seorang suster masih tetap bulat atau....? Apakah para suster FCJM yang sudah berkaul kekal satu sampai lima tahun sudah dapat melaksanakan tugas dengan berjiwa merdeka?

Hidup Religius: Dikasihi atau Dibenci? 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa semua Kongregasi religious sedang mengalami masa-masa yang sulit. Dunia berubah, tentu penghuni dunia juga ikut berubah dan kita semua juga berubah. Dunia DAN kaum religius  tertidur, maka dengan ini Tim LHB KAM membuat thema LHB untuk tahun ini “Bangunkan Dunia!”  hal Ini tidak bisa dielakkan karena para religius tidak hidup di luar dunia. Di tengah gegap gempita tawaran-tawaran dunia modern, membawa kaum religius jauh dari hidup yang sebenarnya. Kaum religus sangat gampang meninggalkan panggilan, orientasi dan bahkan tidak tahu lagi apa dan bagaimana menghidupi kebenaran yang telah dihidupi oleh para pendahulu. Masalah-masalah kekuasaan, kemiskinan, keadilan, kekerasan, individualisme, konsumerisme, pemuasan diri secara egois, seksualitas merambat ke lembaga-lembaga hidup bakti.
Dalam dunia yang tertidur ini, para religius ditantang untuk mendalami panggilan hidupnya sehingga mampu menjadi religius yang setia dalam kongregasi/ordo.  Hal yang dahulu dilakukan oleh para religius kini dapat dilakukan oleh kaum awam, lalu mengapa aku harus menjadi religius? Mengapa aku mau tetap religius sampai saat ini?  Jika tujuan hidup tidak jelas lagi, maka cita-cita dan semangat juga akan menurun, hidup kita akan dilalui dengan rasa kecewa, frustrasi, dan kehilangan maknanya. Kita sendiri dan kaum awampun ingin tahu apa arti dan tujuan hidup religius dalam masyarakat pada jaman sekarang ini. Tak jarang kita mendengar ungkapan dari biarawan/biarawati “Doakan saya ya bu/pak, supaya tetap bertahan”, ungkapan ini menandakan/menunjukkan bahwa hidup menjadi seorang religius itu berat dan sakit, siap dibenci dan dikasihi. Masyarakat umum memandang kaul religius sebagai orang yang sempurna dan kudus. Benarkah demikian?. Tidak dapat dipungkiri semakin kita berbuat baik akan semakin banyak kesulitan dan tantangan yang akan ditawarkan kepada kita baik dari luar, persaudaraan dan karya kita dan tentu hal ini akan menjadi salah satu penghalang mewujudkan misi kita di dunia ini. Namun kita harus percaya bahwa Allah senantiasa menyediakan rahmat bagi mereka khususnya bagi pewartaan kerajaan Allah di dunia ini. Untuk kembali ke habitat pilihanku, harus melihat kembali motivasi awal menjadi seorang religius. Yang menjadi pertanyaan, Apakah saya bahagia di habitat pilihanku?. Beranikan kita mengatakan kepada saudari/saudara kita “Stay with me/us forever”.

Kongregasi FCJM menjadi Istana sukacitaku

Karakterku yang kubentuk/kutukangi sesuai FCJM. Konggregasi FCJM yang kupilih menjadi rumahku, menjadi istana suka citaku.
Seperti proses hidup manusia pada umumnya, hidup rohani pun ditandai oleh pertumbuhan, perubahan dan perkembangan hidup di dalam Kristus yang mengubah manusia menjadi serupa dengan Allah walau pun tak sama. Setiap orang Kristen dipanggil untuk bertumbuh dalam kepenuhan, diundang untuk mengalami Yesus Kristus secara mendalam (bdk. 2 Ptr 3:18). Dengan kata lain, orang beriman mesti “bertumbuh dalam kasih” dan bersatu dengan Kristus (Ef 4:15) sehingga mampu membawa sukacita kepada sesamanya.

     Hidup seorang kristiani merupakan partisipasi dengan hidup Allah sendiri. Apapun bentuk hidup yang kita pilih. Selain mendapat anugerah mengalami Allah, Religius juga memunyai misi menghantar sesama kepada Allah dan masuk dalam pengalaman bersama-Nya. Misi para religius adalah mengalami Allah yang hidup dan benar, dan melayani-Nya dalam sesama melalui kesaksian hidup dan kegiatan kerasulan bersama,  sesuai karisma dan spiritualitas tarekat kita masing-masing, begitu juga dengan para suster FCJM Balita Kakel 2015 ingin tetap membawa sukacita injili bagi semua orang, menjadikan Kongregasi FCJM sebagai istana sukacita.
Dapat dikatakan hidup para religius melawan arus dunia yang bergelimang ketenaran, gila hormat dan kebebasan ini. Saat dunia menawarkan kekayaan, kaum religius dituntut untuk menghidupi kaul kemiskinan. Saat dunia menawarkan kekuasaan dan jabatan, kaum religius dituntun untuk taat pada pimpinan tarekat/ordo. Saat dunia menawarkan kebebasan, kaum religius dituntut untuk berani berkata cukup. Untuk menjadi seorang religus (FCJM) harus mampu membatasi diri dari segala kenikmatan dunia meski dunia terus maju dan berkembang seperti yang ditekankan Pendiri Kongregasi FCJM “Jika dunia menuntut hal yang luar biasa, kita juga harus bertindak luar biasa”.
Kalimat menarik yang disampaikan oleh P. Gonzales Nadean, OFM.Cap. adalah : “hanya orang yang bahagia mampu membahagiakan orang lain”. Ini menjadi kalimat penting dan menarik karena memang cukup logis, orang yang bahagia senantiasa membagikan kebahagiaan kepada yang lain, dan sebaliknya orang yang tertekan akan menyebarkan tekanan yang dialami kepada yang lain.  Yang penting adalah, apa usaha yang kulakukan supaya aku bahagia, komunitasku bahagia dan orang-orang yang kulayani bahagia dalam Tuhan? Sehingga kongregasi FCJM menjadi istana sukacitaku.

Semakin lama semakin bersinar

Gubernur  Dki Jakarta (Ahok) ingin memberantas korupsi yang semakin merajalela di Indonesia. Gubernur ini siap menghadapi resiko ke depan asalkan kebenaran/keadilan ditegakkan. Ahok semakin lama akan semakin bersinar dengan niat baik yang diperjuangkannya. Sosok Ahok sangat dibutuhkan sebagai pemimpin masa depan. Tak kenal kompromi, tegas, cepat bertindak, dan apa adanya inilah yang dibutuhkan untuk membenahi/membuat dunia semakin bersinar. "Dia akan bersinar” inilah uangkapan tentang Ahok yang tersebar dunia maya. Masayarakat jaman sekarang ini sudah lebih mudah melihat kegelapan dunia baik siang maupun malam, meski Raja Mahari masih setia menyinari setiap hati manusia. Kegelapan tersebut merabat ke kehidupan para biarawan/biarawati dan tak jarang hanya melihat sisi negatif dari orang lain/sesamanya. Menuntut berlebihan sementara tidak bisa berbuat.
Tahun ini dikhususkan untuk para Lembaga Hidup Bakti. Para religius diberi kesempatan untuk melihat kesetiaanya pada pilihannya. Hendaknya semakin lama biarawan/biarawati itu menghidup/menjalani panggilannya semakin bersinar dan mekar. Ahok saja bisa bersinar bagaimana dengan kita kaum biarawan/biarawati?. Sinar apakah yang kita pancarkan, apakah sinar kebencian atau sinar belaskasih?.


srwinanda@yahoo.co.id (Sr.Winanda Siregar FCJM)

Category: ,

www.fcjmindonesia.org:
Website ini adalah halaman online resmi Kongregasi Suster FCJM Indonesia. Terimakasih sudah berkunjung, semoga informasi yang kami muat berguna untuk kita semua. Terimakasih