Sr. Maria Hasugian, FCJM
 Nomen est omen, nama adalah tanda. Nomen atau nama. Omen atau tanda. Begitulah bunyi pepatah latin ini. Namanya Sr. Maria Hasugian, FCJM. Nampak rencana Tuhan dalam dirinya yang mengambil nama Sr. Maria sebagai benih pertama FCJM pribumi yang mana setiap nama suster FCJM selalu diawali dengan nama “Maria”. 

“Bangga dengan semangat pendirinya Muder Maria Clara Pfaender dan St. Fransiskus Assisi karena mereka adalah sosok-sosok yang sederhana, sarat dengan daya juang, rendah hati dan konsisten. Dan semua itu bersumber dari batin, doa, adorasi, persatuan dengan tubuh mistik Kristus dalam Ekaristi”, ungkap suster yang sangat mencintai dan menghormati panggilan imamat para imam ini.

Pernah di muat di Majalah HIDUP KATOLIK, Edisi Januari 2016 
 Pistar di Parrohaon, Pistar di Parugamaon


Senin, 23 Februari 2016 di Tiga Dolok, merupakan hari terlaksananya pesta syukuran, atas peletakan batu pertama bangunan SD St. Antonius Padua – Tiga Dolok patut dirayakan dengan meriah. Luapan rasa syukur ini menjadi bagian  sejarah bagi Kongregasi Suster FCJM  secara khusus di bidang pendidikan dalam naungan Yayasan Puteri Hati Kudus (YPHK)  di tingkat SD.

Seluruh rangkaian acara dimulai dengan Perayaan Ekaristi meriah yang dipimpin oleh Pastor paroki RP. Fransiskus Radiaman Purba, OFM Conv., di damping RP. Joseph Pandia, OFM Conv., dihadiri oleh ketua Yayasan berserta jajarannya, pengawas SD Dolok Panribuan yakni Bapak Aman Sitorus, S.Pd., Pangulu Nagori Tiga Dolok yakni Robet Damanik, SE., para Suster FCJM se-Siantar, DPP dan umat Paroki St. Antonius Padua Tiga Dolok, serta orangtua siswa/i SD. 

“Gereget Study Tour”

Add caption
(Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMK Assisi Siantar)

Rabu, 23 September 2015, menjadi saat yang dinanti oleh tenaga pendidik dan kependidikan SMK Assisi Siantar. Kegembiraan tergambar begitu jelas di wajah mereka ketika hari keberangkatan itu telah tiba. Satu persatu menuju travel yang telah siap mengantar ke bandara Kuala Namu dengan suara yang riuh dan senyum lepas. Tangan kiri menenteng tas kecil, sedangkan tangan kanan menarik kopor masing-masing yang cukup menggemuk karena berisi beberapa pakaian, perlengkapan mandi, dan lain-lain.

Perasaan lelah dan jenuh yang tersimpan bertahun-tahun, kini lepas saat kesempatan study tour selama 6 hari itu tiba, yakni tanggal 23 – 28 september 2015, diadakan di Malasya, Bangkok dan Singapore dan ditutup dengan pertemuan alumni SMK yang ada di Batam. Mereka juga didampingi oleh Pelaksana harian Yayasan Puteri Hati Kudus (YPHK). Selama enam (6) hari mengunjungi sekolah Katolik Saint Yoseph Convent School di Bangkok. Dengan mengamati situasi sekolah yang bersih, rapi, displin dan berkualitas, maka tenaga pendidik mulai berpikir untuk mengubah mindset mereka untuk semakin kreatif dan inovatif dalam memberikan pendidikan kepada anak didik mereka. dikunjungi untuk selanjutnya melakukan perbaikan yang di anggap perlu. Selain itu mereka juga mengunjungi tempat-tempat wisata dan bersejarah di Malasya, Bangkok dan Singapore. Kesempatan ini untuk me refresh kembali semangat mengajar, menjadi sarana yang tepat untuk mengambil jarak dari rutinitas yang membosankan. Di samping penyegaran karena hampir setiap hari mengajar dan bergelut dengan persoalan- persoalan peserta didik, study tour merupakan salah satu sarana membuat kita rileks.
http://www.mirifica.net/2015/10/04/catatan-perjalanan/

Kepemimpinan Religius Versus Kepemimpinan Yesus (Mengintip Model Kepemimpinan Yang Eksamplis)

Prolog

Socrates, filsuf besar Yunani pernah berujar demikian : Ho de aneksetastos bio ou biotos Anthropoi, artinya hidup yang tidak direflekasikan adalah “hidup yang tak pantas dihidupi”. Refleksi Socrates ini selalu dihayati dan dimaknai oleh kaum religius sebagai upaya kisah kasih anak-anak manusia, yang tidak pernah lepas dari suatu pencaharian hati menanggapi kehendak Allah. Tuhan mungkin saja bertanya, bagaimana dengan anda, orang-orang pilihan-Ku? Kenalilah dirimu sendiri. Jadilah pemimpin yang mampu mengenal diri dan dikenal kawanan domba yang digembalakan.

 Kehidupan Masa Kini

Kita sedang berada dalam situasi dunia yang sangat dinamis. Dinamika itu ditandai dengan  perkembangan yang begitu pesat dalam segala bidang kehidupan, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan ,teknologi informatika dan komunikasi yang kerap menjadi tantangan besar bagi kepemimpinan religius. Dunia tampak semakin sempit dan kecil, dimana dengan mudahnya komunikasi dapat terjalin walau tanpa adanya batas privasi dan tatap muka. Para pelakon panggung dunia telah menggeser ruang “Factual” menjadi ruang “Maya”. Dengan layar Monitor, Hp, IP Pad bisa menimbulkan canda, tawa ria, berbagi pengalaman hidup (curhat), seolah-olah sedang berada dalam ruang lingkup yang sama. Banyak orang lebih mementingkan gadget yang mereka miliki dari pada relasi personal dengan orang sekitarnya. Betapa dunia menjadi begitu “dekat” dengan kehadiran piranti-piranti dari teknologi komunikasi dan informatika dengan berbagai cara seperti BBM, WhatsApp, Facebook, Twitter, Skype, Just Voip, Line dan jejaring sosial lainnya. Sehingga di satu sisi, yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh. Namun, di lain sisi manusia justru teralienasi (terasing) dari sosialitas karena lingkungan sekitar tak lagi mendapat perhatian kita. Saat butiran air mata menjadi saksi ketidakadilan, kebencian, kesulitan ekonomi dan kehidupan sosial menimpa sesama disamping kita….masihkah ada satu penghiburan untuk setiap luka yang sedang mereka alami?.

“Geliat Study Tour” di Negara Singapura (Revolusi Mental – Pendidikan Karakter – Pemanusiaan Manusia)

Prolog

Kita pantas mengakui Ki Hajar Dewantoro sebagai “Nabi” besar Indonesia yang membawa pencerahan (aufklarung) bagi dunia pendidikan Indonesia. Asli karakter pendidikan yang telah dirintis Ki Hajar Dewantoro yakni pendidikan menjadi sarana untuk memanusiakan manusia, pendidikan merupakan medan hidup manusia. Di satu pihak, pendidikan terbentuk dari realitas manusia sebagai makhluk rasional yang secara individual dan kolektif mengekspresikan dirinya dalam berbagai daya kreasi dan actus akhlak mulia. Di lain pihak, pendidikan membentuk manusia menjadi pribadi utuh yang memiliki keutamaan-keutamaan tertentu.
            Mengapa Ki Hajar Dewantoro gigih memperjuangkan pendidikan di Indonesia? Bila ditilik secara terminologis, term pendidikan itu sendiri berarti membebaskan. Orang yang hidupnya terkurung dalam tirai ketakberdayaan, tersekat di dunia yang sempit, gelap dan pengab, dihantar keluar (e-ducere) menuju dunia yang luas, cerah, terang, bebas dan lapang. Titik perjuangan Ki Hajar Dewantoro berangkat dari keprihatinannya terhadap kondisi negara Indonesia yang waktu itu terkungkung di bawah penjajah asing, dimana orang-orang pribumi hidup di dalam dunia yang sangat tersekat dan terbatas ruang geraknya.
 http://www.mirifica.net/2014/10/31/geliat-study-tour-di-negara-singapura-revolusi-mental-pendidikan-karakter-pemanusiaan-manusia/

Pesta Syukur 25, 40, dan 60 FCJM

 “Bersyukur dan Bersukacita”
(Pesta 25, 50, dan 60 Tahun Hidup Membiara Kongregasi FCJM)


Sabtu, 08 Desember 2015 terdengar dentuman gondang batak, biola, gitar, organ, bagai menggelegar mengiringi derap langkah 8 orang jubilaris yakni enam orang yang berpesta 25 tahun, 1 orang yang berpesta 50 tahun dan 2 orang berpesta 60 tahun hidup membiaranya dalam persaudaraan Kongregasi FCJM.
Perayaan syukur dibingkai dengan animasi liturgi yang dikemas apik oleh tim liturgi FCJM. Petugas liturgi dan koor inti turut ambil bagian dalam memeriahkan pesta ini. Para suster FCJM dibantu oleh para Frater TOR (Tahun Orientasi  Rohani) dalam menganimasi liturgi dalam acara ini.

Diterbitkan di majalah MENJEMAAT edisi Desember 2015
MENJEMAAT : Majalah KOMSOS KAM

Dominus Illuminatio Mea
(Tuhanlah Cahayaku, Tuhanlah Terangku)

Senin, 08 Desember 2014 merupakan moment bersejarah dalam Kongregasi FCJM. Moment ini dimaknai dengan dua peristiwa iman. Peristiwa iman pertama; pemberkatan ruang adorasi. Uskup Keuskupan Agung Medan (KAM), Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFM memberkati dan meresmikan ruang Adorasi "Santa Maria Tak Bernoda" yang akan digunakan oleh Suster-Suster FCJM “Monteluco” di Jl. Viyata Yudha. Bantuan untuk pembangunan ini bersumber dari pemberian PT. Bank Mandiri berupa hibah (material) senilai Rp. 99 juta. Hal ini dimaksudkan untuk  meningkatkan kualitas iman para suster FCJM dan umat di dalam doa-doa privat maupun doa-doa kelompok. Bantuan tersebut diserahkan bapak Soloan Siringoringo selaku manager area PT Bank Mandiri  kepada Sr. M. Cornelia Silalahi selaku pimpinan Kongregasi yang disaksikan oleh anggota dewan dan para suster lainnya, pada pada hari Selasa tanggal 09 Desember 2014. Sr. M. Cornelia Silalahi mewakili anggota Kongregasi FCJMmengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang diberikan untuk pembangunan Ruang Adorasi dan diharapkan tempat doa ini sungguh akan menjadi sumber kekuatan rohani. Seperti dikutip dalam Analisadaily.com, bantuan yang merupakan program Corporate Social Responsibility (CSR) atau PKBL Bank Mandiri bera-sal dari dana Program Bina Lingkungan Bank Mandiri tahun anggaran 2014 diharap¬kan dapat peningkatan di bi¬dang religius, terutama ber¬kenaan dengan peningkatan kualias iman masyarakat, khususnya di lingkungan umat Katholik.
Diterbitkan di majalah MENJEMAAT edisi Desember 2014

 Peristiwa iman kedua; perayaan emas, pancawindu dan perak hidup membiara (50, 40 dan 25 tahun). Pada hari yang sama juga 10 Suster FCJM Indonesia merayakan pesta hidup membiara yang dibingkai dalam Perayaan Ekaristi dan resepsi di Propinsialat Suster FCJM, Viyata Yudha Pematangsiantar. Suster-suster yang merayakan 50 tahun hidup membiara adalah Sr. M. Andre Lemmers dan Sr. M. Adriana Mahulae. Suster-suster yang merayakan 40 tahun hidup membiara adalah Sr. M. Cornelia Silalahi dan Sr. M. Juliana Nainggolan. Sedangkan suster-suster yang merayakan 25 tahun hidup membiara adalah Sr. M. Monika Harianja, Sr. M. Klemensia Sitanggang, Sr. M. Yohana Simbolon, Sr. M. Stefania Gultom, Sr. M. Alexiana Tumanggor dan Sr. M. Valeriana Ndruru. Satu dari 10 saudari FCJM yang berpesta itu tidak bisa hadir dalam acara yang digelar tanggal 8 Desember dengan tema “Syukur kepada Allah atas karunia-Nya yang tak terkatakan itu”.

Dalam kotbahnya saat Perayaan Ekaristi, Uskup Agung Medan, Mgr. Anicetus Sinaga, OFM mengatakan bahwa 10 orang yang merayakan pesta hidup membiara ini sesungguhnya adalah wujud kasih Tuhan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan rela meninggalkan orang tua dan keluarga yang dicintai. Hendaklah kamu menjadi gembala yang baik bagi sesama dan bagi dirimu sendiri. Para suster dipilih dan ditunjuk oleh Allah menjadi gembala yang baik. Tuhan senantiasa memiliki rancangan atas tujuan hidup manusia. Tinggal saja bagaimana cara dan strategi yang kita bangun untuk mengisi hidup kita agar hidup itu semakin bermakna, baik bagi Tuhan, sesama maupun diri sendiri. Mari kita bersyukur atas panggilan yang kita terima sendiri dari Allah, menerima anugerah atau rahmat Tuhan yang sungguh berlimpah dalam hidup kita. Hidup membiara perlu diisi dengan kebaikan dan kebajikan, serta berbagi suka cita dengan siapa saja sehingga kita dapat menikmati buah-buah kebaikan yang nyata dalam perbuatan kita.

Di dalam tema “Syukur kepada Allah atas karunia-Nya yang tak terkatakan itu”, terimplisit di dalamnya keyakinan bahwa kita tetap menjadikan Allah sebagai sumber dan puncak kehidupan manusia. Oleh karena itu, di atas segala-galanya, Tuhan adalah Yang Tertinggi. Yang Tertinggi itulah yang memberikan terang atau cahaya bagi manusia. Dengan demikian, kita memiliki keyakinan bahwa Tuhan adalah cahayaku, Tuhan adalah terangku, Dominus Illuminatio Mea. Semoga perayaan syukur atas kedua peristiwa iman dalam keluarga besar Kongregasi FCJM Indonesia ini menjadi sarana peningkatan iman dan saluran berkat serta menjadi moment panggilan untuk mengikuti Tuhan baik untuk umat maupun bagi keluarga besar suster-suster FCJM. Angela Siallagan