Pesta syukuran,  pemberkatan dan peresmian Perguruan Assisi di Kota Batak patut dirayakan dengan meriah dan agung. Luapan rasa syukur ini menjadi bagian  sejarah bagi Konggregasi FCJM  secara khusus di bidang pendidikan dalam naungan Yayasan Puteri Hati Kudus (YPHK)  di tingkat TK, SD, dan SMP . Pada  umumnya, pengalaman hidup bahagia selalu diawali dengan usaha keras untuk mencapainya. Maka Sebagai bagian dari sejarah konggregasi FCJM, Perguruan Assisi di Kota Batak diawali pula dengan  perjuangan  cukup berat, yang  akhirnya ketiga tingkat sekolah tersebut mendapatkan  IMB dan izin operasional Sekolah setelah lima tahun beroperasi.

Selasa, 29 Oktober 2013 terdengar dentuman marching band yang dibawakan oleh siswa/i TK, SD, dan SMP Assisi Kota Batak menggelegar menyambut fajar pagi setelah melewati malam yang begitu pekat. Pesta yang semarak ini merupakan kerinduan terdalam yang diimpikan oleh anak didik, pendidik, dan tenaga kependidikan. Bapak Uskup Mgr. Martinus Situmorang OFM  Cap., para Imam, para Suster FCJM utusan dari beberapa komunitas, para Suster dari beberapa Kongregasi sebagai undangan,seluruh keluarga besar TK, SD, SMP Assisi Kota batak, orangtua siswa-siswi, jajaran pemerintahan dinas Kabupaten Kampar dan umat yang hadir berbaur menjadi satu di depan panggung perayaan pesta syukuran atas pemberkatan dan peresmian Perguruan Assisi Kota Batak. Rasa syukur ini disatukan dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Padang Mgr. Martinus Situmorang OFM  Cap., bersama konselebran RP. Harold Harianja OFM Cap., RP. Franco Qualizza SX., dan RP. Pancani SX.  Selama perayaan Ekaristi berlangsung,  paduan suara dari siswa/i SD dan SMP Assisi Kota Batak mengiringinya dengan penuh semangat.
Dalam kotbahnya, Mgr. Martinus mengajak semua umat yang hadir  untuk bersyukur dengan segala suka duka,  yang dialami selama proses pengurusan IMB dan Ijin operasional sekolah ini. Kita patut bersyukur karena dengan berbagai pengalaman itu, pada hari ini kita dapat bergembira bersama. Semuanya itu menjadi tanda bahwa Tuhan turut bekerja dalam karya , kita pantas bersyukur atas beban, kekurangan, bersyukur kalaupun ada hujan dan badai, bersyukur atas segala sesuatu yang merupakan bagian dari tugas perutusan sebagai kehormatan bagi kita.  Dan kita mampu ambil bagian dalam karya penyelamatan dan penebusan humanisme. Karya  pendidikan ini merupakan sarana bagi kita untuk memanusiakan manusia yang bermoral, berkepribadian kokoh, dan menjadi saudara/i bagi sesamanya. Pendidikan kita akan gagal total meskipun meraih olimpiade kalau anak-anak yang  kita didik menjadi orang-orang yang egois dan tak mampu berkorban.
Semua undangan yang hadir pada saat itu,  menikmati pertunjukan kreativitas siswa/i TK, SD, SMP Assisi Kota Batak yang menjadi kegiatan acara  untuk memeriahkan pesta syukuran ini.


Dinamika memperjuangkan IMB dan Izin Operasional Sekolah
    Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya  setelah lima tahun sekolah TK, SD, dan SMP Assisi Kota Batak ini berdiri dan ber-operasi, pihak pemerintahan Kabupaten Kampar  memberikan IMB dan Ijin operasional. Jika kita menoleh ke belakang, kita kembali diingatkan akan alasan mengapa sekolah ini didirikan oleh Yayasan Puteri Hati Kudus di bawah naungan Konggregasi FCJM, yang pada saat itu ketua YPHK adalah Sr. M. Vinsensia Simbolon, FCJM.  Ada beberapa alasan mendirikan sekolah tersebut, yaitu :
1.    Permintaan/keinginan masyarakat Kota Batak yang mendesak para Suster FCJM supaya membuka sekolah tingkat  TK, SD, SMP.
2.    Daya tampung siswa di Sekolah negeri yang ada di sekitar Kota Batak terbatas
3.    Lokasi lahan pembangunan sekolah akan dibuka sekitar 5 km antara dua desa yang besar yaitu Kota Garo dan Petapahan.
4.    Bahwa Konggregasi FCJM melalui perguruan Swasta Assisi mengambil peran untuk mencerdaskan anak bangsa melalui  pelayanan di bidang pendidikan.
Berkat dukungan masyarakat, kepala dusun, kepala desa, Yayasan Puteri hati Kudus (YPHK) melaporkan kepada Camat, Kacab Dispora Petapahan, Kadispora Kampar bahwa akan membuka berkarya di Kota Batak dengan  pelayanan di bidang pendidikan. Pengurus YPHK, para Suster yang berkarya di sekolah Assisi Kota Batak, masyarakat setempat yang mendukung karya ini berjuang keras tanpa henti-hentinya memohon kepada pihak pemerintahan yang ada di kabupaten Kampar untuk memberikan izin kepada suster-suster Kongregasi FCJM dalam  menerbitkan IMB dan Izin operasional. Namun,  pengurusan IMB dan ijin operasional di daerah Riau yang terkenal dengan sebutan serambi Mekkah Riau sangat sulit dan membutuhkan tekad dan cinta  yang luar biasa. Selama lima tahun, Kita seperti menanti setitik gerimis di tanah yang tandus.
    Perjuangan mendapatkan IMB dan ijin operasional sekolah merupakan konflik yang berat tetapi juga berharga. Hal ini merupakan masalah eksternal yang dihadapi sejak awal sekolah ini berdiri.  Dimana banyak pihak yang menyampaikan keberatan dan penolakan atas pendirian sekolah ini, baik yang berasal dari sekolah-sekolah terdekat, penatua-penatua adat, ninik mamak, dan banyak pihak lain dengan berbagai alasan. Bahkan Dinas Dikpora sempat membuat surat resmi yang mengatakan bahwa sekolah ini harus ditutup.

Doa dan harapan didaraskan oleh para Suster, untuk kepentingan harapan mendapatkan IMB dan Ijin Operasional.  “Namun, perjuangan tidak berhenti sampai disitu, sebagaimana Muder Maria Clara Pfander mengatakan bahwa “situasi yang keras menuntut tindakan yang keras pula”, dan "Matahari masih tetap di atas untuk menyinari kegelapan ini”.  
Menunggu diterbitkannya IMB dan ijin Operasinal, maka sekolah  mengambil kebijakan bahwa  anak didik untuk sementara bergabung dengan sekolah negeri. TK bergabung ke TK Nusa Indah, SD bergabung ke SD Negeri 2 dan SMP bergabung ke SMP Negeri 4.

Menuai Hasil
    Maka pada tanggal 06 Maret 2013, Pemerintah memberikan ijin operasional SD Assisi Kota Batak No. 421/KPTS/P dan – DIKNAS/2153 dan SMP Assisi Kota batak No. 421/KPTS/P dan K-DIKNAS/2152  dan IMB untuk sekolah TK, SD dan SMP Assisi Kota Batak No. 650/CKTR/IMB/93 tgl : 29 agustus 2013.
  Seluruh anak didik, tenaga kependidikan, dan pendidik turut serta ambil bagian dalam rasa syukur yang disalurkan lewat penampilan bakat diantaranya ; marhing band, tarian, nyanyian, dan lain-lain.
    Rasa optimis terpancar di wajah Ibu Eva Yuliana yaitu istri Bupati sekaligus ketua FORKI (Federasi Olah Raga Krate Indonesia) saat memotong pita pada pembukaan acara,  dengan semangat  beliau mengatakan: semoga sekolah ini berkembang dan melebarkan sayapnya dalam meningkatkan akal budi anak didik di daerah Kampar.
    Menanggapi harapan masyarakat, ketua Yayasan Sr. M. Frederika Hasugian dalam sambutannya mengatakan bahwa hal itu sedang diupayakan  ditindak lanjuti sehingga anak didik kita akan semakin berkembang dan kreativ. Upaya itu telah nyata kita lihat melalui  peletakan batu pertama menambah sarana  lapangan sepak bola   untuk seluruh anak didik dan masyarakat setempat.
Sr. M. Cornelia Silalahi, FCJM sebagai Propinsial FCJM Indonesia, juga menyampaikan kata sambutan dengan mengajak seluruh keluarga besar perguruan Assisi yang ada di Kota Batak dan masyarakat setempat  berharap, supaya sarana itu akan menambah kualitas dan kuantitas sekolah kita ini. . Kehadiran sekolah ini adalah sarana untuk mendidik anak menjadi cerdas, beriman, berkarakter, bermoral, berdisplin. Oleh karena itu, kami menyampaikan rasa terima kasih kami yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pengurusan IMB dan izin oprasional ini secara khusus kepada Sr. Vinsensia Simbolon, Sr. Clarentia Hasugian, Sr. Alberta Gultom FCJM, Sr. Albertine Situmorang FCJM, Sr. Frederika Hasugian, Bapak Nikolas Simanjuntak, S. H. M.H, Ardin Pane Sitorus, S.H, masyarakat sekitar, orangtua  siswa, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
    “Kita berharap bahwa kelak anak-anak yang kita didik di sekolah ini menjadi pemangku jabatan di dalam Pemerintahan Negara. Maka marilah kita bersama-sama saling membantu dan kerja sama meningkatkan mutu pendidikan sekolah secara khusus di kabupaten Kampar. Maka, seperti yang dikatakan oleh Mgr. Martinus , “marilah kita bersyukur atas segala perjuangan yang pernah ada dan dalam rasa syukur, marilah kita semakin meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ini dan menjadi sarana peningkatan karya pelayanan dan cinta kasih kita”.
Satu hati, satu tekad, meraih cita dan cinta di kota Batak menjadi nyata. Mari kita melaksanakan karya pelayanan dengan penuh cinta kasih.


Malam itu sepi dan sunyi. Kupandang langit biru yang dihiasi oleh bintang-bintang. Kedipan bintang yang bercahaya indah itu mengingatkan aku akan kenangan masa lalu. Kenangan bersama dia yang telah jauh di sana. Wajah yang delapan tahun telah menghilang dari lubuk hatiku. Gemersik dedaunan pohon semakin jelas di telingaku, seakan melarang aku untuk mengingat masa itu. aku tersenyum sambil menghembuskan napas pangjang yang mengungkapkan bahwa peristiwa itu sungguh berat kuhadapi. Cepat-cepat wajah itu kusingkirkan dari pikiranku, tak ingin mengenangnya lebih lama. Aku dikejutkan suara seseorang yang menyapaku, ”belum tidur kakak? “sebentar lagi dek, masih ingin menikmati malam yang indah ini” jawabku sambil melempar senyum padanya. Akankah hidupku seindah langit yang dihiasi bintang-bintang itu? ah....semua telah diatur oleh Dia, bisikku perlahan tapi pasti.

Perjalanan panjang kulalui untuk meraih hidup dan hal itu membutuhkan perjuangan panjang, menghadapi tebing-tebing tinggi, duri-duri tajam dan jurang yang dalam. Namun aku mencoba untuk tetap berdiri dijalan-Nya mencoba berdamai dengan wajah itu. wajah yang selama ini menakutkan bagiku. Walau aku yakin bahwa Dia sudah mempunyai rencana yang indah dalam hidupku. Dalam doaku wajah itu selalu hadir, wajah itu juga yang selalu mengingatkanku untuk selalu percaya bahwa Dia akan selalu berkorban untukku.  Wajah itu yang kadang memberikan aku semangat baru dikala aku mendaki tebing dan bukit yang tinggi. Dia yang setia mengulurkan tangan-Nya untuk menopang aku dari kejatuhanku. Tetapi mengapa wajah itu menakutkan bagiku?  Ketakutan, kesedihan dan pertanyaan silih berganti menghantui aku malam itu. Bayang-bayang kesedihan menyusuri seluruh tubuhku, malam itu berlalu hanya dihiasai wajah itu dan angan-angan yang tanpa harapan.

Kubaringkan tubuh yang letih dan penat pada kasur tempat tidurku yang berukuran 2x3, pandanganku menerawang menembus dingding kamarku, berharap menemukan jawaban yang pasti mengapa wajah itu menakutkan bagiku sekarang ini dan sejenak kemudian aku tertidur tak sadarkan diri.

Suara indah yang dilantunkan oleh saudari-saudariku membuatku terbangun dan tersadar kala kini sudah pagi hari. Aku bergegas meraih handuk dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah semua selesai, aku berlari kecil menuju tempat yang biasa kami gunakan untuk mensyukuri pengalaman yang dirasakan. Dalam perjalanan menuju ruangan itu, aku mendengar seperti orang mengetuk, kupusatkan telinga ingin mengetahui dari mana arah suara itu sambil berjalan perlahan menuju tempat di mana suara itu berada. Suara itu berasal dari dalam sebuah pot bunga besar dan aku melihat seekor tikus kecil berusaha untuk melepaskan diri dari pot tersebut. Dalam hati aku tersenyum sambil berkata “mampus” tetapi saat mataku bertatapan dengan matanya, seolah-olah dia memelas meminta pertolongan padaku agar aku membebaskannya. Kulihat kepala dan wajah tikus yang penuh memer karena sepanjang malam terantuk pada pot bunga, berusaha untuk membebaskan diri. sejenak aku terdiam, wajah yang menakutkan penuh memar yang menakutkan itu seakan berpapasan dengan wajahku membuat terkejut. Rasa iba dan kasihan menyelimuti hatiku membuat aku ingin segera membebaskan tikus kecil itu. Malam ini aku dan tikus mengalami pengalaman yang hampir sama. Tikus ingin membebaskan diri dari pot bunga yang membuat ia tidak bebas melakukan aktivitasnya malam itu, sedangkan aku berusaha untuk menghilangkan wajah yang menakutkan itu dari ingatan dan pikiranku. Aku memandang ke alam sekitar, raja matahari mulai menampakkan diri, menunjukkan keperkasaannya bahwa dia mampu menerangi dunia ini. dia menerangi semua jagat dan makhluk tanpa ada perasaan takut kepada siapapun. Tidak seperti aku yang selalu takut bila wajah itu tiba-tiba hadir dalam angan-anganku. Andaikan aku matahari, apakah aku bisa menyinari semua orang yang aku benci seperti aku menyinari orang yang wajahnya menakutkan bagiku? Bisikku sambil menghela napas. Aku berjalan menyusuri jalan yang ditumbuhi pohon2 besar yang menambah sejuk dan indahnya hari itu. Derita hidup hilang kala kupandang laut ciptaan-Nya dan kebahagiaan kini mendatangiku. Terlihat lautan bebas dari sela-sela pepohonan, tenang dan begitu damai. Benarkah hatiku sedamai lautan samudera saat ini? kataku sambil berbisik berharap tak ada yang mendengarkan. Ah....biarlah semua tinggal kenangan. Ingin aku melihat wajah itu, berharap tidak akan bersedih lagi. Wajah yang menakutkan selama ini. aku mencari diantar pepohonan dan dingding-dingding bangunan megah itu, tapi tiada kutemukan. Aku menangis berlari berharap wajah itu belum pergi jauh dari tempat itu. Aku berhenti...melihat bangunan kecil mungil, aku mendekat perlahan-lahan, menyetuh dingding bangunan itu. aku mencari dimana pintu masuk ke dalam ruangan itu. Dengan hati-hati akhirnya aku menemukan pintu dan membuka perlahan-lahan agar tidak sampai ada orang yang mengetahui bahwa aku berada dalam bangunan indah itu. Aku terkejut, aku melihat seseorang berada dalam ruangan itu sambil kepala tertunduk. Kucoba mendekat. Ingin tau siapa gerangan orang itu. aku tidak dapat melihat wajahnya karena ditutupi rambut gondrong yang tidak rapi itu. siapa kamu dan mengapa kamu di sini? Tanyaku perlahan penuh rasa takut. Ini rumahku, jawabnya penuh kelembutan. Mengapa kamu sedih? Apa yang terjadi? Tambahku ingin tahu karena dia tidak mau menunjukkan wajahnya kepadaku. Dia mulai bercerita katanya, dulu aku punya seorang teman yang sangat dekat, sedihku adalah sedihnya, bahagianya adalah bahagiaku. aku sangat bahagia, jika dia ada disampingku, aku juga selalu setia bersamanya dalam suka dan pergumulannya mengarungi hidup ini. aku tidak tau, mengapa dia membenci aku, mengapa dia tidak mau melihat wajahku?. Mengapa dia selalu menjauh dari aku seakan dia tidak mengenal aku, karena itulah aku ingin menyendiri di sini dan berharap suatu saat nanti akan mencari aku ditempat ini. karena tempat ini adalah awal perjumpaan kami. Tempat ini adalah tempat kami berbagi cerita suka dan duka, tempat ini juga tempat dia menangis mengisahkan perjuangannya hidup bersama dengan saudari-saudarinya. Aku sudah capek mengikuti dia ke mana dia pergi, tetapi sepertinya dia tidak membutuhkan aku lagi. Sudah tiga bulan aku duduk dan menanti dia datang ke tempat ini. Setiap ada yang masuk, aku berharap dia yang datang. Tapi diantara wajah-wajah yang datang itu tak kutemukan sahabatku itu. Akupun menangis mendengar semua kisah sahabatku itu, aku menegakkan kepalanya, menyibakkan rambutnya yang menutupi wajahnya agar ia dapat melihat bahwa akulah sahabatnya yang telah hilang itu. Akulah yang selalu menjauh darinya, aku yang membencinya. Bukalah matamu, kataku hampir tak kedengaran. Mata dan wajah yang selama ini menakutkanku kini membuat aku damai dalam pelukannya, membuat aku bahagia. Membuat air mata kesedihan menjadi air mata kebahagiaan, membuat kesedihan menjadi kebahagiaan yang tak terkatakan. Kupandang bola matanya yang memancarkan sinar kebahagiaan, wajah yang sedih menjadi wajah penuh damai. Semangatku pulih kembali karena dia selalu ada dalam liku-liku hidupku. Canda dan tawa menghiasi kebersamaan kami dalam ruangan itu. Bersama dia adalah saat yang paling indah dalam hidup ini. kami berjanji bawa setiap hari kami akan bertemu selama 15 menit di Gedung mungil itu yang nama lainnya adalah Ruang Adorasi “Maria Tak Bernoda”.
Wajah itu tidak akan menakutkan lagi.......wajahnya membuat hatiku damai dan tenteram. Dia sahabat sejatiku namanya tak lain dan tak bukan YESUS.


By. Sr.M.Winanda Siregar FCJM