Pengantar

Syukur kepada Tuhan karena Paus Fransiskus menetapkan Tahun Kerahiman Allah dari tanggal 08 Desember 2015-20 November 2016. Pembukaan Tahun Kerahiman pada 08 Desember 2015 karena tanggal tersebut adalah Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa dan peringatan 50 tahun penutupan Konsili Vatikan II. Penutupannya pada tanggal 20 November 2016 karena tanggal itu merupakan Hari Raya Kristus Raja Semesta. Dalam penetapan Tahun Kerahiman Allah itu, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Yesus merupakan “wajah” belas kasihan Bapa-Nya. Dalam tahun yang suci ini Paus Fransiskus mengajak kita untuk merenungkan secara khusus kerahiman Allah. 

Arti Kerahiman Ilahi
Arti biblis dari “Kerahiman”: Dalam bahasa Latin: misericordia; Yunani: heleos; bahasa Inggris: mercy. Bahasa Indonesia berhasil mengungkap kembali makna aslinya dengan menerjemahkan “misericordia atau mercy menjadi “kerahiman”. Dalam bahasa Ibrani: belas kasih Ilahi disebut dengan istilah rahamim dan khesed, yaitu dua ungkapan yang dipakai untuk menyebut sifat kasih Allah. Kata “rahamim” ada kaitannya dengan kata “rehem” yang artinya “rahim atau kandungan”. Dengan demikian, rahamim (terjemahan: kerahiman) adalah sifat kasih Allah yang serupa dengan sifat rahim seorang ibu. Seperti rahim yang “melindungi, menghidupi, menghangatkan, memberi pertumbuhan, menjaga, menerima tanpa syarat, membawa kemana-mana”, demikian pula kasih Allah terhadap umat manusia. Dengan kerahiman-Nya, Allah melindungi, menghidupi, menghangatkan, memberi pertumbuhan, menjaga, menerima tanpa syarat, membawa kemana-mana. Seperti janin tidak dapat hidup dan berkembang tanpa rahim ibu, demikian pula manusia tidak akan dapat hidup tanpa kasih kerahiman dari Allah. Kata lain untuk menyebut kerahiman adalah “belas kasih”. Allah senantiasa mengalirkan sifat-sifat-Nya yang penuh belas kasih kepada kita oleh karena kehendak-Nya agar kita selamat. Devosi Kerahiman Ilahi ini didasarkan pada pesan-pesan Tuhan Yesus kepada Santa Faustina.
1.    Devosi Kerahiman Ilahi
 Devosi Kerahiman Ilahi adalah devosi kepada cinta belas kasihan Allah yang tak terbatas kepada umat-Nya. Melalui devosi Kerahiman Ilahi itu, kita juga bersedia menjadi bejana-bejana kerahiman-Nya. Menjadi bejana kerahiman-Nya berarti bersedia untuk membiarkan belas kasih-Nya mengalir melalui diri kita bagi orang-orang yang membutuhkannya.
Ada tiga tema dalam Devosi Kepada Kerahiman Ilahi, yaitu:
a)  Untuk meminta dan mendapatkan kerahiman Allah.
b)  Percaya kepada rahmat Kristus yang berlimpah.
c)  Untuk menunjukkan kerahiman kepada sesama dan bertindak   sebagai saluran kemurahan Allah.

2.    Penghormatan Lukisan Kerahiman Ilahi

Devosi Kerahiman Ilahi tidak pernah dipisahkan dengan penghormatan kepada Lukisan Kerahiman Ilahi. Lukisan tersebut memancarkan Kerahiman Allah. Kerahiman Allah itu dilambangkan dengan dua sinar, yaitu warna merah dan warna pucat, yang memancar dari hati Tuhan Yesus. Kedua sinar itu melambangkan Darah dan Air:
•    Sinar merah melambangkan Darah yang adalah hidup bagi jiwa-jiwa.
•    Sinar pucat melambangkan Air yang menguduskan jiwa-jiwa.
Kerahiman Ilahi dibuka dengan tombak yang menusuk lambung Tuhan Yesus. Kerahiman Ilahi itu memancar dalam darah dan air Tuhan melalui lambung-Nya. Darah dan Air dari hati Tuhan Yesus itu memberi kehidupan kepada jiwa-jiwa karena jiwa-jiwa itu telah dikuduskan-Nya. Rahmat belas kasih Allah itu berlimpah dan disediakan bagi jiwa-jiwa. Jiwa-jiwa dipanggil untuk terus menerus menimbanya. Timba dari sumur belas kasih Allah itu adalah  Lukisan Kerahiman Ilahi dengan tulisan “Yesus, Engkau Andalanku”. Kita yang memberi penghormatan terhadap Lukisan Kerahiman Ilahi berada dalam belas kasih-Nya di bumi dan khususnya saat ajal. *Yesus adalah Pembela kita dari tuduhan-tuduhan iblis: “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil” (1 Yohanes 2:1).
Lukisan kerahiman Ilahi menjadi  pengingat Tuhan untuk senantiasa menyalurkan belas kasih-Nya kepada umat manusia.

Kerahiman Ilahi dapat digambarkan bahwa Tuhan Yesus bagaikan Pemulung kita, yang seperti sampah karena dosa-dosa kita: “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya” (Yeremia 18:4).
Tidak ada jiwa yang terlalu hancur untuk dapat dibentuk kembali oleh Allah.

3.    Jam Kerahiman Ilahi

Jam Kerahiman Ilahi adalah pukul tiga sore. Pada jam Kerahiman Ilahi itu kita berdoa dan memeditasikan sengsara Tuhan Yesus, khususnya saat Ia sendirian merenggang nyawa-Nya. Pada jam Kerahiman Ilahi ini kita diminta untuk berdoa memohon kemahakuasaan-Nya bagi seluruh dunia, teristimewa bagi orang-orang berdosa yang malang. Pada saat itu belas kasih-Nya dibuka lebar bagi setiap jiwa. Kita yang berdoa pada jam Kerahiman Ilahi ini dapat memperoleh apa saja yang kita minta bagi diri sendiri dan bagi orang-orang lain. Pada jam Kerahiman Ilahi ini, kita mengakui Kerahiman Allah bagi seluruh dunia di mana belas kasih menang atas keadilan.

Sebagai pengingat jam Kerahiman Ilahi adalah pukul 3, 3 kata, 3 detik. *Pukul tiga* kita berdoa pada detik-detik wafat Tuhan Yesus Kristus. Kita meluangkan waktu tiga detik untuk mendoakan dengan hati *tiga kata*
“Yesus Engkau andalanku” atau “Aku Berharap PadaMu”. Doa tiga kata ini bisa kita doakan ketika kita tidak mungkin mendoakan doa “Kerahiman Ilahi” secara lengkap. Doa yang singkat ini menjadi keselamatan kita dan banyak orang kelak.

Doa Jam Kerahiman Ilahi Lengkap:
Ya Yesus, Engkau telah wafat,
namun sumber kehidupan telah memancar bagi jiwa-jiwa
dan terbukalah lautan kerahiman bagi segenap dunia.
O, Sumber Kehidupan,
Kerahiman Ilahi yang terselami,
naungilah segenap dunia dan curahkanlah diri-Mu pada kami.

Doa Utama kepada Kerahiman Ilahi
Darah dan air, yang telah memancar dari hati Yesus sebagai sumber kerahiman bagi kami.
Engkaulah Andalanku!
Allah yang kudus,
kudus dan berkuasa,
kudus dan kekal,
kasihanilah kami dan seluruh dunia (3 kali)
Yesus, Raja Kerahiman Ilahi, Engkaulah andalanku.
Setelah mendoakan “Doa Jam Kerahiman Ilahi”, kita berdoa Jalan Salib. Dengan berdoa Jalan Salib, kita merenungkan perwujudan puncak cinta yang berbelaskasihan dari Tuhan. Ketika kita berhadapan dengan Salib, kasih kita terwujud dalam rasa belas kasih atau empati kepada Putra Bapa yang menderita.
Selain mengadakan Jalan Salib pada jam Kerahiman Ilahi, kita bisa juga melakukan sembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus (Adorasi) di kapela atau gereja. Dengan bersujud di hadapan Sakramen Mahakudus, kita bersyukur atas hati Tuhan Yesus yang berlimpah belas kasih.

4.  Mewujudnyatakan Kerahiman Ilahi dalam Kehidupan

Devosi kepada Kerahiman Ilahi bukan sekedar doa, tetapi harus diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Ada sembilan hal perwujudan Devosi Kerahiman Ilahi:
•    Kerahiman Ilahi Menjadi “The Way of Life”
Kerahiman Ilahi harus menjadi pegangan dan arah hidup kita. Identitas devosian Kerahiman Ilahi adalah hidup sepenuhnya dalam pimpinan Tuhan. Hidup dalam pimpinan Tuhan berarti *memiliki persatuan erat dengan Tuhan; mengikuti kehendak-Nya: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yakobus 1:22); menyangkal diri, yaitu menolak dosa, meyakini Kerahiman-Nya; memuliakan Tuhan dan memberitakan-Nya; mengasihi siapa saja.*
•    Berpikiran positif
Berpikiran positif berarti menutup mata, telinga, dan mulut terhadap hal-hal buruk. Dengan kata lain, berpikiran positif berarti tidak ada area gosip dalam hidup kita.
Dengan berpikiran positif, kita mampu mensyukuri semua peristiwa kehidupan dari sisi kebaikan. Dasarnya: Keagungan Allah. Keagungan Allah justru terletak pada usaha-Nya dalam mengubah kejahatan menjadi kebaikan.
•    Memahami Visi dan Misi Devosi Kerahiman Ilahi
Visi: Rencana penyelamatan Tuhan terwujud. Penyelamatan Tuhan tewujud secara definitif pada kedatangan-Nya yang kedua dimana Ia mengalahkan kuasa kejahatan. Yang dipentingkan bukan kapan, tetapi apa yang harus kita lakukan dalam menyongsong kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua itu.
Misi: Menyiapkan dunia bagi kedatangan Yesus yang kedua. Persiapan bagi kedatangan-Nya yang kedua adalah hidup seperti Bunda Maria. Hidup seperti Bunda Maria adalah hidup sunyi dan tersembunyi, tiada henti bersatu dengan Allah, berdoa bagi umat manusia.

Misi itu tercapai ketika kita benar-benar mengandalkan Tuhan dan penuh belas kasihan kepada sesama: “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Efesus 4:32). Karena itu, tujuan devosi kepada Kerahiman Ilahi adalah bukan mengubah Dunia, tetapi mengubah hati seturut Kerahiman Ilahi.
Salah satu misi devosian Kerahiman Ilahi adalah mendoakan tiga kelompok manusia yang memerlukan rahmat. Ketiga kelompok manusia itu adalah para pendosa, para imam dan para biarawan-biarawati, dan jiwa-jiwa di api penyucian.
•    Sering Menyambut Komuni
•    Mencintai Sakramen Tobat
Dasar Kitab Sucinya: Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan (Kisah Para Rasul 3:19). Disarankan bahwa Pengakuan Dosa dilakukan 4 x setahun/per tiga bulan.
•    Merenungkan Sengsara Kristus dan “Memikul Salib”
Permenungan atas sengsara Kristus dan “memikul salib” itu menjadi sarana rahmat dan sukacita sejati: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Matius 10:38-39)
•    Setia Kepada Gereja Katolik
St. Faustina menulis (O Yesus), aku percaya akan semua kebenaran yang diajarkan oleh Gereja kudus-Mu untuk diimani.
•    Devosi Kepada Bunda Maria
Devosi kepada Bunda Maria yang disarankan adalah tekun mendoakan “Doa Rosario” dan “Angelus”. Tujuan devosi kepada Bunda Maria adalah meneladani hidup Bunda Maria.
•    Relasi baru dalam keluarga, komunitas, paroki.
Relasi baru itu nampak semakin mengandalkan Tuhan dan berbelaskasih dengan sesama.
Tidak menonjolkan diri, melayani tanpa mengenal lelah, merukunkan umat, dan memancarkan kasih dan belas kasih.
•    Jika kehadiran devosian Kerahiman Ilahi menjadi masalah dalam paroki, para devosian Kerahiman Ilahi segera mengadakan evaluasi dan refleksi untuk memperbaiki diri. Jika devosian Kerahiman Ilahi tetap terus menimbulkan probema dalam paroki, ia lebih baik tidak hadir dalam paroki (bdk Refleksi Kongres Kerahiman Ilahi. Hal. 31).
5. Doa Koronka
Koranka dalam bahasa Polandia berarti mahkota kecil atau untaian manik-manik indah sebagai hadiah bagi orang-orang yang dikasihi secara istimewa. Doa Koronka adalah doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada Santa Faustina dalam penampakan kepadanya pada tahun 1935. Tujuan doa koronka ini adalah untuk meredamkan murka-Nya kepada orang-orang yang berdosa yang sebenarnya pantas untuk menerimanya. Hadiah yang teristimewa bagi orang-orang yang dicintai adalah berdoa bagi keselamatan jiwa-jiwanya. Perlu disadari bahwa Yesus sendiri tidak pernah meminta supaya pada jam Kerahiman didaraskan Koronka.
•    Koronka ditujukan kepada Allah Bapa. Koronka berkali-kali adalah doa yang sangat ampuh, justru karena dipanjatkan kepada Allah Bapa ”demi sengsara Yesus yang pedih”.
•    Jam Kerahiman yang sepenuhnya berpusatkan pada permenungan tentang sengsara dan kerahiman Yesus selaku Putra Allah dan sekaligus Manusia.
•    Doa Koronka dalam jam Kerahiman sebagai pemecahan praktis bagaimana mengisi doa setelah jam Kerahiman itu. Dasarnya adalah tidak ada doa yang membawa dosa.
•    Koronka Kerahiman Ilahi teristimewa didoakan setelah mengikuti Misa Kudus karena Koronka merupakan kelanjutan doa permohonan dari Kurban Ekaristi.

1.    Intisari Devosi Kerahiman Ilahi
Intisari Devosi kerahiman Ilahi, sebagaimana dirangkum Stefan Leks (Devosi kepada Kerahiman Ilahi, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2008, hlm. 17-19) adalah mengandalkan Tuhan dan belas kasih. Orang yang mengandalkan Tuhan sungguh- sungguh percaya, berharap, tekun dan menyesal atas semua dosa. Inilah syarat utama berdevosi. Sikap mengandalkan Tuhan harus dilengkapi dengan belas kasih yaitu tindakan-perbuatan, perkataan dan doa penuh semangat kasih yang tulus terhadap Allah dan sesama mahluk ciptaan.
Belas kasih menentukan sikap manusia terhadap setiap sesamanya. Sabda Yesus kepada St.Faustina, “Aku menuntut tindakan-tindakan belas kasih yang mengalir dari kasih kepada-Ku. Belas kasihan harus engkau tunjukkan selalu di mana-mana; engkau tidak boleh menghindari; atau mencari alasan ataupun menyatakan diri tidak perlu melakukannya. Aku memberi tiga cara berbelas kasih kepada sesama: yang pertama perbuatan; yang kedua perkataan; yang ketiga doa. Dalam tiga tahap ini terdapat kepenuhan belas kasihan dan inilah bukti tak terbantahkan kasih kepada-Ku. Dengan cara ini jiwa memuliakan dan menghormati kerahiman-Ku” (742).

Sikap kasih aktif kepada sesama merupakan pula syarat untuk menerima rahmat. Yesus menghendaki supaya mereka yang menghormati-Nya setiap hari melaksanakan setidak-tidaknya satu perbuatan belas kasihan. “Ketahuilah, putri-Ku kata Yesus kepada St. Faustina bahwa Hatiku adalah kerahiman semata-mata”. Dari lautan kerahiman itu mengalir rahmat ke seluruh penjuru dunia. Aku ingin supaya hatimu menjadi kediaman kerahiman-Ku. Aku ingin supaya kerahiman itu mengairi seluruh dunia melalui hatimu. Siapa saja yang akan mendekati dirimu, hendaknya jangan menjauh tanpa meyakini kerahiman-Ku yang amat sangat Kuinginkan bagi jiwa-jiwa” (1777).

2.    Hidup Dalam Semangat Saling Memaafkan Dan Mengampuni
Hidup dalam semangat saling memaafkan dan mengampuni merupakan syukur atas anugerah luar biasa dari Allah yang penuh kasih kerahiman terhadap kita semua. Puji Tuhan atas penyelenggaraan kasih kerahiman-Nya, Tahun 2016 telah dicanangkan oleh Paus Fransiskus sebagai tahun kerahiman Luar biasa dari Allah dimulai dari tanggal 08 Desember 2015 hingga 20 November 2016.
Hal ini jelas dalam pesannya untuk Masa Adven 2015 sebagai berikut:
-    Tidak ada keluarga yang sempurna. Kita tidak punya orang tua yang sempurna; kita tidak sempurna; tidak menikah dengan orang yang sempurna; kita juga tidak memiliki anak yang sempurna.
-    Kita memiliki keluhan satu sama lain; Oleh karena itu, tidak ada pernikahan yang sehat, atau keluarga yang sehat tanpa oleh pengampunan. Pengampunan penting untuk kesehatan emosional kita dan kelangsungan hidup spiritual. Tanpa pengampunan, keluarga menjadi sakit.
-    Pengampunan adalah sterisasi jiwa, penjernihan pikiran dan pembebasan hati.
-    Siapa pun yang tidak memaafkan tidak memiliki ketenangan jiwa dan persekutuan dengan Allah.
-    Rasa sakit adalah racun yang meracuni dan membunuh. Mempertahankan luka hati adalah tindakan merusak diri sendiri.
-    Dia yang tidak memaafkan, memuakkan fisik, emosional dan spiritual.
Itulah sebabnya keluarga harus menjadi tempat kehidupan dan bukan tempat kematian; sebuah tempat penyembuhan bukan tempat penuh dengan penyakit; sebuah panggung pengampunan bukan panggung rasa bersalah. 

Pengampunan membawa sukacita sedangkan kesedihan membuat hati luka. Pengampunan membawa penyembuhan, rasa sakit menyebabkan penyakit.
Semoga dalam Tahun kerahiman Ilahi ini kita menjadi religius FCJM yang punya hati dan  belaskasih Allah dalam hehidupan kita sehari-hari dan bersedia penyalur rahmat yang telah kita terima dari Allah. Waktunya singkat. Mari kita mulai lagi. Semoga. Amin. *Sr.M.Lydia Simbolon FCJM.

*Penulis adalah wakil Provinsial Kongregasi FCJM Provinsi Indonesia.

Tarian dari adek-adek Postulan FCJM

Lumen Umbra Dei artinya Cahaya adalah bayang-bayang Allah. Allah yang selalu hadir dan melimpahi hidup kita dengan rahmat-Nya. Rahmat Allah itu sungguh dirasakan oleh para Suster FCJM yang tersebar di berbagai penjuru, khususnya di Provinsi Indonesia. Maka, kurang  lebih enam hari (09 – 14 November 2016) para Suster yang penanggungjawab karya dan komunitas duduk bersama di Provinsialat FCJM “Monteluco” untuk menceritakan bagaimana kehadiran Allah yang memimpin setiap Suster dalam melaksanakan tugas pelayanan. Sekitar 50 orang Suster yang datang dari setiap komunitas dan karya ini mengungkapkan betapa besar rahmat Tuhan dalam mendampingi karya dan persaudaraan FCJM dimana pun berada.  
 
Suasana di ruang rapat
RP. Elias Sembiring, OFMCap., selaku Moderator FCJM Provinsi Indonesia turut mendukung jalannya rapat tahunan ini dengan memberikan pencerahan dan rekoleksi kepada para Suster.
“Kita hendaknya menghidupkan kran belas kasih. Satu tahun lamanya kita diberi kesempatan untuk intensif merenungkan dan melaksanakan belas kasih, menunjukkan wajah Kerahiman Ilahi kepada siapa saja dalam karya pelayanan kita”, pungkasnya.

St. Teresia dari Kalkuta, adalah Santa yang populer di zaman kita ini memberi teladan bagi kita. Belas kasih yang sepenuh-penuhnya dan yang sesungguhnya, tidak setengah-setengah. Belas kasih menuntut pengorbanan dan kerendahan hati. Saat kita menjunjung panji belas kasih, maka Allah telah menyediakan rahmat yang lebih besar bagi kita. Maka, marilah kita mengimplementasikan belas kasih dan kemurahan Allah itu, dan jangan hanya tinggal di hati tetapi bercahaya keluar agar orang lain merasakannya, tambahnya.


Ungkapan Pastor ini menjadi alarm bagi kita agar lebih intensif mempraktekkan belas kasih kapan dan dimanapun. Tahun Kerahiman Ilahi akan berlalu, tetapi praktek belas kasih tidak boleh berlalu. Belas kasih didasari oleh cinta kasih. Cinta akan menjadi senjata dalam setiap kesulitan dan tantangan dalam praktek belas kasih. Cinta akan mengalahkan segalanya amor omnia vincit. Selamat melanjutkan rapat, semoga wajah Allah tercermin bagi semua Suster peserta rapat ini.



RP. Emmanuel Sembiring, OFMCap., bertindak sebagai Pemimpin Perayaan Ekaristi pada penerimaan 2o orang Postulan di Kapel Suster-suster FCJM “Monteluco’, Pematangsiantar menegaskan bahwa kita sebagai kaum religus zaman ini hendaknya mampu melihat dengan arif dan bijak. Sesungguhnya apa yang diharapkan umat Allah dari kita?. Apakah kepintaran dalam edisi media sosial, kecerdasan dalam musik, kecerdasan dalam hal keuangan, atau bakat-bakat mengharukan yang ada dalam diri kita?.
Kotbah tersebut membuat semua penghuni Kapel terdiam dan tertunduk. “Kita tidak usah menjadi religius kalau hanya ingin sukses”, karena banyak orang lain yang jauh lebih sukses dan lebih pintar dari kita ini. Namun, Allah memanggil kita untuk menjadi seorang ahli, yakni ahli dalam “belas kasih”. Allah mengundang kita bergabung dalam Kongregasi FCJM ini untuk dibina menjadi pribadi-pribadi yang memiliki HATI. HATI akan mencerminkan belas kasih kepada sesame yang bersumber dari Hati Kudus Yesus dan Maria.
Hal ini disampaikan untuk mengingatkan supaya kita mampu menunjukkan wajah belas kasih bagi semua orang yang kita jumpai. Maka, para tunas muda yang baru saja memasuki masa Postulannya diajak untuk menata hidup rohani dan pribadi untuk semakin dewasa sesuai spiritulitas Kongregasi FCJM.
Hari ini, 30 Oktober 2016 sengaja dipilih oleh Kongregasi khususnya Provinsi Indonesia sebagai hari bersejarah karena pada tanggal inilah Muder Pendiri, Muder Maria Clara Pfänder mendirikan Kongregasi FCJM. Hari ini Kongregasi genap berusia 156 tahun, maka para Pengikutnya diajak untuk semakin melihat kedalam dirinya, sudah sejauh mana saya meneladani cara hidup yang diajarkan oleh Muder Pendiri?.
Sementara RD. Dionisius Sarmento memimpin Perayaan Ekaristis penerimaan 2 orang Postulan di Viqueque,Timor Leste. Acara diadakan di Gereja Paroki Maria Imaculada da Concecao, Viqueque dan dihadiri oleh umat setempat dan para Suster FCJM yang berkomunitas di timor Leste.
Postulan FCJM berjumlah 22 orang ini menyatakan kesiapannya untuk dibina agar semakin dewasa dalam kepribadian dan rohani. Kesiapan hati itu mereka ungkapkan dihadapan Provinsial FCJM Provinsi Indonesia, Sr.M.Cornelia Silalahi FCJM dan Sr.M.Blandina Mahulae FCJM sebagai delegasi FCJM di Timor Leste. Proficiat ya adek-adek yang cantik-cantik dan manis….selamat datang di FCJM, mari kita sama-sama mendayung perahu  “Duc In Altum” dalam Kongregasi FCJM. Angela
Lumen Umbra Dei artinya Cahaya adalah bayang-bayang Allah. Allah yang selalu hadir dan melimpahi hidup kita dengan rahmat-Nya. Buku renungan harian tahun 2017 yang merupakan olahan refleksi biblis oleh para Suster FCJM (Franciscanae Filiae Sanctissimae Cordis Jesus et Mariae) Provinsi Indonesia. 

Manusia perlu berpikir dan bersyukur, to think and to thank
serta ber-refleksi untuk menemukan esensi terdalam dari Sabda Allah itu sendiri. Buku ini disusun dalam rangka mengajak kita untuk berfikir dan bersyukur serta berefleksi atas pengalaman suka dan duka harian kita masing-masing, yang disusun berdasarkan Kalender Liturgi Gereja dari Komisi Liturgi KWI tahun 2017. Nama buku renungan “Cahaya Sabda” merujuk pada buku yang berjudul “ Cahaya  di dalam kegelapan”, ditulis oleh M.Aristilde Flake. Buku ini memberi pengetahuan tentang sejarah singkat hidup Pendiri Kongregasi FCJM, yakni Muder Maria Clara Pfänder.

Ungkapan Muder Pendiri sangat konkrit dalam dunia factual saat ini. Situasi dunia yang dinamis, perkembangan teknologi yang melejit, domain kehidupan modern dan serba instan adalah fakta yang tak bisa kita pungkiri. Kita bersyukur atas perkembangan zaman ini, tetapi berhadapan dengan kenikmatan yang ditawarkan oleh perkembangan tersebut, kita harus memiliki kesadaran penuh untuk tetap kuat dalam  menghadapi arus zaman supaya tidak hanyut. Kita hendaknya waspada dan bertekun dalam doa dan sabda Tuhan, sekaligus percaya pada penyelenggaraan Ilahi. Kongregasi FCJM terinspirasi untuk membantu membawa “Cahaya Sabda” sebagai permenungan Kitab Suci dalam hidup harian kita sebagai putera-puteri Allah.

Tim Penulis menyuguhkan butir-butir refleksi yang dijadikan sebagai cahaya untuk menerangi kehidupan harian kita sebagai pelakon panggung kehidupan dalam berbagai domainnya. Namun, ikhtiar besar ini tidak akan terwujud apabila para penulis tidak bertekun diri untuk memulai berpikir, ber-refleksi dan menulis. Untuk itulah, ucapan terima kasih berlimpah secara khusus disampaikan kepada para Suster FCJM sebagai kontributor yang telah rela menuangkan dan membagikan hasil refleksinya, yakni : Sr. M. Cornelia Silalahi, FCJM, Sr. M. Lydia Simbolon, FCJM, Sr. M. Angela Siallagan, FCJM, Sr. M. Angelina Aritonang, FCJM, Sr. M. Frederika Hasugian, FCJM, Sr. M. Cunera Hasugian, FCJM, Sr. M. Clarita Silalahi, FCJM, Sr. M. Evifania Sinaga, FCJM, Sr. M. Emerensia Sitanggang, FCJM, Sr. M. Emiliana Situmorang, FCJM, Sr. M. Atanasia Manihuruk, FCJM, dan Sr. M. Zita Simarmata, FCJM. 

Selain para penulis, banyak pihak turut memberi dukungan dalam menyelesaikan karya ini. Untuk itu, ucapan terima kasih berlimpah juga patut disampaikan kepada kelompok editor yang telah berjuang keras untuk melengkapi tulisan-tulisan reflektif para penulis. Para editor itu, diantaranya : RD. Daniel Manik, Sr. Agnes Tambunan, FCJM, Sr. Bernardine Silalahi, FCJM, Ananta Bangun, dan Stefanus Seo, S.Fil, MPA. Kepada mereka, kami haturkan limpah terima kasih. Terima kasih berlimpah juga disampaikan kepada keluarga besar Kongregasi FCJM atas segala bentuk dukungan dan kerja samanya. Puncak ucapan terima kasih ini dialamatkan kepada pimpinan dan seluruh personil Penerbit dan Percetakan PT. POHON CAHAYA Yogyakarta yang telah berkenan menerima naskah-naskah ini untuk diterbitkan dalam bentuk buku. Juga kepada semua orang yang berperan penting di belakang layar percetakan dan penerbitan. Kepada anda semua, kami menghaturkan limpah terima kasih.

Gratia Domini cum Omnibus – Berkat Tuhan bagi Semua Orang !!!


Berjalan menyusuri lorong-lorong sempit di antara tembok-tembok yang tidak diplester dari Kapel Hati Kudus Yesus, Santa Clara menuju Gratia, yang sebenarnya bermuara pada satu kata “Monteluco”. Pilar bergaya Romawi dan interior rumah yang di isi meja dan kursi kayu dengan anyaman rotan semakin mengentalkan suasa kesederhanaan.

Indahnya menjadi saudara
Membahas pribadi Fransiskus Assisi memang tak ada habisnya. Fransiskus yang dikenal sebagai seorang pemuda kaya raya berbalik 180 derajat menjadi pengikut Kristus sejati. Hampir tak pernah tersentuh logika bahwa masih ada orang seperti Fransiskus yang berani mematikan kehendaknya, kegemilangan mimpi ayahnya Pietro Bernardone dan Ibunya Dona Pica hanya demi seorang KRISTUS YANG TERSALIB. Kegilaan Fransiskus ini menggelitik pikiranku saat menyusuri lorong kecil menjadi sebuah refleksi yang tertuang dalam tulisan ini. Meminjam kalimat latin yang mengatakan Amor mundum fecit, yang artinya Cinta itu menciptakan dunia. Idealnya, kehadiran kita sebagai pribadi mampu menghidupkan dunia bukan mematikan. Cinta akan memandang dengan kaca mata positif dan penuh sukacita. Kesulitan menjadi peluang bukan tantangan. Santo Fransiskus mengatakan, setiap saudara dan saudari adalah rahmat, maka mari menjadi saudara dan saudari bagi semua saja yang ada dimuka bumi ini, Be a Brother for all.

Kalimat terakhir diatas tentulah tidak terlalu gampang untuk di konkritkan tetapi juga tidak terlalu sulit. Password dari kalimat tersebut adalah “Peace”, damai. Kata “damai” menjadi alasan bagi kita untuk
Pengalungan Bunga kepada Mgr.Anicetus B. Sinaga, OFMCap.
KURANG LEBIH lima ratusan orang undangan, yang terdiri dari anak didik, pendidik, tenaga kependidikan dan orangtua siswa/i SD St. Antonius Padua Tigadolok, para Suster FCJM,  keluarga besar TK St. Antonius Padua, jajaran pemerintahan dinas Kecamatan Dolok Panribuan, dan umat yang hadir berbaur menjadi satu di depan panggung perayaan pesta syukuran atas pemberkatan dan peresmian SD St. Antonius Padua Tiga Dolok, pada Jumat (16/09/2016). Pelataran gedung baru SD St. Antonius ini mencatat sebuah sejarah bagi Yayasan Puteri Hati Kudus (YPHK) atas lahirnya sekolah pencipta insan-insan yang berbudi pekerti, beriman, dan bertakwa.

Pagi yang cerah, saat nafas pertama sang fajar berhembus menyapa angin, terdengar dentuman marching band yang dibawakan oleh siswa/i SD St. Antonius Padua Tiga Dolok menggelegar menyambut kedatangan rombongan Yang Mulia Uskup Keuskupan Agung Medan, Mgr. Anicetus Bongsu Antonius Sinaga, OFMCap., para imam, Dewan Pimpinan FCJM Provinsi Indonesia, Pengurus Yayasan Puteri Hati Kudus, dan jajaran pemerintahan kecamatan Dolok Panribuan. Hari itu, Jumat 16/09/2016 mencatat sebuah sejarah bahwa acara pemberkatan dan peresmian SD St. Antonius Padua Tiga Dolok, yang di awali dengan pengalungan bunga kepada Yang Mulia Bapak Uskup Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFMCap., Provinsial FCJM Provinsi Indonesia, Sr.M.Cornelia Silalahi FCJM, Ketua Yayasan Puteri Hati Kudus (YPHK), Sr.M.Frederika Hasugian FCJM dan Dandrem 022 Pantai Timur Pematangsiantar diwakili oleh Kasilog Letkol B.Simbolon.  Acara dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Yang Mulia Bapak Uskup Agung Medan, di damping oleh beberapa imam konselebran, pada Pkl 09.00 WIB, kemudian perecikan ruangan sekolah, penandatanganan Prasasti, pemotongan pita, serta acara ramah tamah.
Pengguntingan Pita oleh Yang Mulia Bapak Uskup
Dalam kotbahnya, Yang Mulia Bapak Uskup menyampaikan bahwa belum lama ini kita umat Katolik se-Kesukupan Agung Medan melaksanakan perhelatan akbar yakni SINODE VI KAM, yang mengusung tema “keluarga adalah Gereja kecil”. Hal ini memuat misi pendidikan bahwa keluargalah sekolah perdana bagi anak-anak. Sebagaimana kita sering mendengar dalam pengumuman di Gereja bagi setiap anak yang lahir, dikatakan dalam bahasa batak: ”sai gabe anak na hasea ma dakdanak on diadopan ni Debata dohot dongan jolma” (Semoga anak ini ini menjadi orang yang berguna dihadapan Tuhan dan sesamanya). Ungkapan ini mengandung makna Pancasilais yang paling mendasar, juga sesuai dengan isi dokumen Gereja mengenai pendidikan maupun dokumen nasional. Hendaklah anak didik menjadi anak yang takwa kepada Tuhan dan berjasa bagi masyarakat. Hendaklah anak didik menjadi orang beriman dan takwa kepada Tuhan dan berjasa kepada Masyarakat.
Kiranya insan-insan pendidikan dan keluarga di tempat ini berjanji agar tidak akan pernah melahirkan orang-orang yang berwatak keras dan jahat. Mari mewujudkan cita-cita bangsa kita yakni menjadi pembawa damai dan persaudaraan sejati. Saya mengundang kita semua yang hadir disini, untuk melaksanakan pesan dari Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika di Bandung tahun 1955, yang sangat men dambakan persaudaraan seluruh dunia dan perdamaian lestari bagi segala bangsa. Sekolah dan keluarga umat disini dituntut untuk bahu membahu, bersama dengan pemerintah melahirkan orang-orang yang luhur serta bijak sebagaimana telah dicita-citakan UUD 1945, yakni hendaklah kita mengutamakan persaudaraan sejati dan perdamaian seluruh dunia. Jika hal ini kita patrikan dalam diri kita, alangkah ajaib dan mulianya, alangkah indahnya hari ini menjadi permulaan yang sangat cerah, tambahnya.
Kita telah mengetahui bahwa sekolah merupakan “taman” intelektual. Di dalamnya terdapat permainan intelek (asah, asih dan asuh nalar nurani) bagi orang-orang yang mencintai pendidikan. Ketika ditransfer dalam perspektif agama, sekolah kemudian diartikan sebagai “taman mini” Kerajaan Allah yang mengakomodir setiap orang untuk mendapat pendidikan yang layak. Untuk menuwujudkan hal ini, para pemangku pendidikan perlu kiranya menyediakan fasilitas yang mendukung. Fasilitas yang mendukung tersebut yakni, para pendidik baik kepala sekolah, pendidik dan kependidikan, gedung sekolah, dan fasilitas lainnya. Keseluruhan stakeholder itu turut menentukan kompetensi anak didik yang diharapkan.
Yang Mulia Uskup Medan, Para Imam Konselebran, DPP FCJM, Pengurus YPHK berpose bersama
Pendidikan juga merupakan alat prediksi bagi kesejahteraan jangka panjang bagi suatu negara. Dari pendidikan akan tercipta generasi muda  pencetak SDM yang terampil, mumpuni, berkualitas dan profesional. Hal inilah yang menggerakkan Yayasan mendirikan sekolah dasar ini sebagai sekolah formal dengan bangunan yang memadai, berharap anak didik dan kaum pendidik merasa nyaman, damai, dan tentram dalam melaksanakan proses belajar mengajar setiap harinya.
Secara geografis, lokasi SD St. Antonius Padua cukup primitif dan nampaknya sulit untuk berkembang karena rumah di sekitar sekolah tersebut masih bisa dihitung dengan jari, sehingga Bpk. Albert Sinaga, pengurus YPHK dalam sambutannya mengatakan secara materi Yayasan mengalami kerugian dalam membangun gedung sekolah ini, dan akan lebih menguntungkan bila diinvestasikan ke bank. Namun, Yayasan mendirikan sekolah ini bukanlah untuk akses bisnis, dan Yayasan berusaha menabung di BTS (Bank Tabungan Sorga), sehingga Yayasan merasa sangat beruntung karena menabung kebaikan di tempat ini. Ada ungkapan dalam bahasa simalungun mengatakan ai aha do na I parayak mu na manggoluh on (apa yang kamu cari di dalam hidup ini). Diharapkan sekolah ini menjadi istana yang  membahagiakan bagi anak-anak bangsa. Maka, perlu ada sinergitas antara kaum pendidik, orangtua, dan pemerintahan. Orangtua perlu menyadari perannya sebagai guru dan imam. Sebagai guru yang yang memberikan pendidikan dan pengajaran dan sebagai imam yang menguduskan dan gembala yang menuntun dan mengarahkan. Inilah implementasi tema SINODE VI KAM yang baru saja kita laksanakan, yakni “keluarga sebagai gereja kecil”.
Sekolah ini akan berupaya mengangkat harkat mereka yang kurang beruntung dalam masyarakat sehingga menjadi setara dengan mereka yang memiliki previlese. Sehingga dalam konteks ini, guru memiliki fungsi liberatif, yakni membebaskan mereka dari belenggu kemiskinan dan membuat anak-anak orang miskin mengalami mobilitas sosial dalam masyarakat. Namun, bagi setiap orang yang memungkinkan terjadinya mobilitas sosial, terdapat juga pandangan lain yang lebih radikal. Alih-alih sebagai lembaga yang membebaskan, seperti kita lihat pada kenyataannya banyak sekolah hanya melestarikan status quo dan mereproduksi struktur sosial dan ketimpangan dalam masyarakat. Sekolah memiliki fungsi konservatif, yaitu melanggengkan ketimpangan dan semakin memperlebar jurang perbedaan antara si kaya dan si miskin. Sekolah bukannya membawa si miskin pada mobilitas sosial lebih tinggi melainkan malah membuatnya terpinggir dan tersisih. Mudah-mudahan hal ini tidak akan dijumpai di sekolah ini.
Oleh karena itu, tugas berat berada di pundak para guru kami, demikian disampaikan oleh Sr.M.Cornelia Silalahi FCJM, Provinsial FCJM.  Kita tau bahwa guru adalah pelaku perubahan. Di zaman kita yang kompleks ini, ditangan para gurulah kita letakkan hakekat perubahan itu, karena dengan kegiatannya mengajar, ia membentuk identitas keguruannya. Dan melalui identitas inilah ia mengukuhkan dirinya sebagai pelaku perubahan. Kegiatan mengajar yang dilakukan guru di kelas akan memberikan perubahan dalam diri siswanya yang akan berguna bagi hidupnya mengatasi batas-batas kelas. Sebagai pelaku perubahan, guru menngubah siswa menjadi lebih baik, lebih pandai, lebih memiliki ketrampilan yang berguna bagi pengembangan profesi mereka dalam masyarakat. Guru membuat siswa memahami persoalan dengan lebih jernih sehingga mampu membuat keputusan dan bertindak secara tepat dan bertanggungjawab dalam hidup mereka. Guru yang baik membuat siswa siap terjun secara aktif dalam masyarakat sehingga mampu membangun dan menciptakan tatanan masyarakat yang lebih baik dari yang sekarang ini mereka alami. Singkatnya, guru menjadi penentu perubahan dan masa depan bangsa. Maka diharapkan, guru tetap mampu menumbuhkan kemampuan dirinya sebagai pelaku perubahan adalah dengan menghayati visi pribadi. Dengan demikian, kita ambil kesimpulan bahwa Pendidikan adalah password penyambung masa depan bangsa yang lebih cerah.
Untuk itu, kami sangat mengharapkan adanya kerjasa sama yang baik antara Yayasan, kepala sekolah, guru, orangtua, anak didik, pihak pemerintahan setempat, Gereja, dan semua saja yang berandil dalam menentukan kemajuan dan mutu anak-anak bangsa kita di tempat ini. Hal ini memang tidaklah gampang, namun kami yakin dengan niat baik yang tertanam di hati kita masing-masing kita mampu mengayunkan perahu pendidikan di sekolah ini kearah yang lebih baik dan maju, ungkap Sr. Cornelia saat mengakhiri acara ini. * Sr. Angela Siallagan FCJM.
 Hidup tak bisa dihabiskan dalam bekerja melainkan kerja haruslah menjadi penikmat kehidupan. Mesin punya titik panasnya. Manusia pun mempunyai titik lelahnya. Jika main paksa, maka bersiaplah untuk terima akibat buruknya.

Dalam setiap situasi, manusia yang bekerja akan menemukan sebuah   titik   jenuh,   merasa   bosan.  Dalam   situasi   kejenuhan itulah, manusia membutuhkan apa yang disebut refresing atau penyegaran lewat rekreasi. Itulah sebabnya manusia disebut sebagai homo recreo. Kita butuh rekreasi, refresh dari rutinitas yang menyita energi dan pikiran.

Nah....beginilah cara kami menghayati atribut sebagai manusia mahkluk rekreasi.
Mengingatkan kita untuk tidak mengernyitkan dahi, memoncongkan bibir saat energi hampir punah...










Mari berkisah pada sepotong senja di danau toba nan indah....kataku,